Endless Love: Seutas Benang Merah

1

Judul: Endless Love

Penulis: Wu Xiao Yue

Penerbit: Haru

Penerjemah: Jeanni Hidayat

Penyunting: Arumdyah Tyasayu

Proofreder: Dini Novita  Sari

Cover Designer:  Angelina Setiani

Ilustrasi Isi: Frendy Putra

Cetakan Pertama: Januari, 2015

Jumlah Halaman: 278 hlm.

ISBN: 978-602-7742-44-4

Seutas benang merah mengikat keduanya dengan begitu erat. Semua bermula dari dirinya yang tanpa sengaja menarik rok merah wanita itu…

Kemiskinan membuat Liang Jing Hao harus bekerja keras. Semenjak ibunya meninggal karena ditabrak, ayahnya Liang Fu Cheng mengalami gangguan mental. Akibatnya ia harus membayar seseorang untuk merawat ayahnya agar ia bisa bekerja dengan leluasa. Pagi ia mengantar susu dan kuliah, siangnya mengajar anak-anak taekwondo dan malamnya berjualan baju-baju dan celana di pinggir jalan bersama sahabatnya, NoQ.

Tempat ia berjualan memang ilegal. Seperti malam itu, peluit polisi berbunyi. Membuat ia dan NoQ harus berlari. NoQ berhasil berpura-pura menjadi pelanggan dan membuat polisi tertipu. Sementara Jing Hao terus berlari ketakutan. Tanpa ia sadari, rak gantungan yang ia gunakan untuk memajang pakaian-pakaian jualannya menyangkut seutas benang merah. Song Rui Eun semakin panik, lelaki itu terus saja berlari dan membuat roknya semakin pendek.

Pertemuan awal inilah yang membuat keduanya saling tertarik. Namun karena Rui Eun menganggap senyuman Jing Hao sama seperti pria playboy, ia terus saja mengeluarkan kata-kata yang sering menyinggung Jing Hao dan meminta Jing Hao untuk mengganti rugi roknya yang rusak sebesar dua puluh lima ribu dolar. Jing Haopun menyetujuinya dan berjanji akan mentransfernya.

Karena Rui Eun terus memaksa agar cepat diganti rugi, akibatnya Jing Hao tidak bisa membayar gaji sang perawat dan membuat perawat tersebut tidak datang lagi. Sampai hal buruk terjadi, rumah Jing Hao kebakaran. Ia menyesal telah meninggalkan ayahnya sendirian. Jing Haopun nekat melakukan pertandingan ilegal demi mendapatkan uang banyak dan membayar perawatnya agar kembali ke rumahnya. Melihat hal ini, Rui Eun merasa bersalah. Diam-diam ia memperbaiki rumah Jing Hao yang rusak.

Di sisi lain, Rui Eun mengadakan pameran lukisan. Li Min Shuo – pria yang disukai Rui Eun datang membawa seorang gadis dan membuat Rui Eun patah hati. Rui Eun sejak lama berharap bahwa Min Shuo adalah benang merah yang akan menjadi jodohnya seperti dongeng ibunya saat ia masih kecil.

“Pria dan wanita yang sudah terhubung oleh benang merah, betapa pun keduanya saling membenci dan mendendam, pada akhirnya tetap akan menikah, menjadi sepasang suami istri.” (hlm. 67)

Namun sayang, Min Shuo hanya menganggap Rui Eun sebagai adiknya. Jing Hao yang juga datang ke pameran tersebut dan berdiri di samping Rui Eun, sontak mengaku bahwa ia adalah pacar Rui Eun.

Jasa Rui Eun akhirnya terungkap. Jing Hao mengetahui bahwa yang membetulkan rumahnya adalah wanita itu. Jing Hao marah dan merasa direndahkan. Untuk kedua kalinya ia melakukan pertandingan ilegal demi membalas dendam pada Rui Eun dengan membeli lukisannya.

Konflik-konflik yang terjadi membuat Jing Hao dan Rui Eun justru semakin dekat hingga membuat Min Shuo merasa kehilangan Rui Eun. Keduanya berpacaran dan memutuskan menikah. Naas, di hari pernikahan mereka justru kejadian demi kejadian terungkap. Ayah Rui Eun, Wang Ji yang ternyata menabrak mati ibu Jing Hao. Hal ini membuat Jing Hao sangat marah. Lantas bagaimana hubungannya dengan Rui Eun? Mengapa Jing Hao tiba-tiba menghilang selama tiga tahun dan membuat Rui Eun amat menderita? Lantas siapa Xin Jie, wanita yang mencium Jing Hao di bandara?

-x-

Diceritakan dengan alur mundur kisah pertemuan Jing Hao dengan Rui Eun, novel ini cukup membuat saya gereget. Apalagi soal kegengsian antara Jing Hao dan Rui Eun. Tapi justru di sinilah letak keseruannya. Pembaca diajak lebih bersabar dengan konflik-konflik yang terjadi antara keduanya. Tokoh Jing Hao yang pekerja keras amat tergambarkan bahwa dia memang pria ideal. Namun Rui Eun, aah justru ia menodai perasaannya sendiri dengan terus-terusan menyinggung perasaan Jing Hao. Lho kok jadi ngedumel sendiri?

Kutipan menarik:

“Kalau tidak tersenyum, aku tak bisa melanjutkan hidup!” (hlm. 99) “Otak manusia hanya bisa menyimpan memori mengenai benda yang dikenalinya. Dengan kata lain, otak kita hanya bisa melihat benda yang kita anggap ada.” (hlm. 151)

“Lihatlah lebih dekat ke dalam hatimu! Kalau tidak mampu menjelaskannya, maka peganglah dia dengan erat. Kalau dia tidak mencintaimu, ya kau lepaskanlah dia dengan ikhlas, jangan pikirkan dia lagi!” (hlm. 158)

“Membuang seseorang dalam hatimu? Itu cuma terjadi kalau kau sudah benar-benar tidak menyukainya sama sekali. Begitu kau menyukai seseorang, tak peduli apa kau memilih untuk bertahan atau melepaskannya, semua itu tidak bisa begitu saja terjadi.” (hlm. 159)

Ini adalah novel mandarin pertama yang saya baca. Ceritanya sebenarnya tidak beda jauh dengan Korean Novel. Eh tapi kenapa ya novel Asia selalu begini ceritanya *upz*. Kabarnya novel ini sudah jadi drama sejak 2010. 250px-endlesslovects endlesslovetw endlesslovetw2_vanayya Bagaimana ya kira-kira? Aah jadi penasaran 😀 Apa benar seutas benang merah bisa menjodohkan dua insan?

sumber gambar drama: https://vanayya.wordpress.com/2011/01/22/endless-love/

Tantangan Membaca Buku-buku “Karya” Dini Novita Sari

3 thoughts on “Endless Love: Seutas Benang Merah

Thank you for not comment out of topic

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.