Blogtour & Giveaway #DaysOfTerror

received_10205258616298389

Konsep blogtour kali ini terbilang unik (buat saya). Bukan hanya posting resensi dan giveaway, melainkan di blog tour #DaysOfTerror ini Ruwi Meita, sang penulis mencoba menantang dirinya untuk menulis cerita bersambung. Nah blog saya kebagian season dua. Season pertamanya bisa dibaca di blog Mbak Luckty di sini ya. Berdasar pilihan terbanyak yakni nomor dua, maka inilah kelanjutan ceritanya. Dan karena ini GIVEAWAY, maka kalian juga harus memilih kelanjutan cerita untuk nantinya penulis lanjutkan di blog ketiga, Mbak Atria. Selamat membaca dan memilih 😀

Lukisan Rumah Berjendela Seribu (Cerita bagian dua)

Aku melihat anak laki-laki itu mencontoh gambar rumah di lukisan itu lalu menulis nama Joya dengan gaya tulisan mirip darah yang meleleh.

“Bagaimana kamu tahu namaku?” desisku. Anak-laki-laki itu menoleh. Wajahnya kelihatan terkejut. Dia segera mengemasi alat gambarnya dengan tergesa.

“Tunggu!” cegahku. Dia tidak menghiraukanku. Dia hampir saja menjatuhkan kursi saat bergegas meninggalkanku. Aku mengejarnya. Dia harus menjawab pertanyaanku. Sayangnya dia berlari lebih cepat dariku. Dalam sekejap mata dia menghilang dari belokan koridor. Tentu saja. Dia pasti lebih tahu denah panti ini daripada aku. Aku menghentakkan kakiku karena kesal lalu kembali ke ruang baca. Buku-buku yang jatuh tadi harus segera kubenahi. Bagaimanapun aku tidak ingin berurusan dengan Bu Gayan gara-gara ruang baca yang berantakan. Saat aku membuka pintu, aku tercekat. Buku-buku yang kujatuhkan tadi sudah dalam kondisi semula, tertata rapi. Siapa yang sudah membereskannya? Aku memeriksa semua sudut ruangan, mungkin saja ada orang di ruang ini. Nihil. Tak ada satu orang pun di sini kecuali aku.

Aku menghela napas panjang. Aneh, meski aku sudah berlari kencang tapi napasku tidak tersengal. Biasanya aku akan kelelahan mengatur napas atau mungkin badanku akan gemetar. Tanganku memegang dadaku yang kurus. Rasanya aku merasakan kelegaan sepertinya tidak ada paru-paru di dalamnya. Tetapi sebaliknya aku seperti tak butuh bernapas. Ah, aneh. Tentu saja aku bernapas. Jika tidak aku pasti sudah mati.

Saat aku hendak membenahi kursi aku melihat sehelai kertas di dekat kaki meja. Anak laki-laki itu pasti menjatuhkannya. Aku mengambil kertas itu dan membaliknya. Kakiku mundur beberapa langkah. Hanya ada satu hal yang ada dalam benakku. Aku harus bicara dengan anak laki-laki itu. Secepatnya.

@@@

Makan malam seperti biasa berlangsung sangat senyap. Wajah-wajah penghuni panti ini terasa dingin tanpa ekspresi. Aku mencari anak laki-laki itu dengan mataku. Dia duduk di dekat Bu Gayan. Uh, sepertinya dia tahu kalau aku mengincarnya. Dia mempergunakan Bu Gayan sebagai tamengnya. Pikiranku berputar-putar mencari akal bagaimana aku bisa mendekatinya.

Selepas makan malam aku terpaksa masuk ke kamar sebab anak laki-laki itu masih menempel di belakang Bu Gayan. Aku tadi sempat mendengar Bu Gayan memanggilnya Kukuh. Mataku tak bisa terpejam sedikit pun saat aku membaringkan tubuhku ke tempat tidur. Aku satu kamar dengan anak perempuan yang menyukai boneka kelinci dan gadis berambut pendek yang sepertinya umurnya lebih tua dariku. Mereka bernama Dina dan Santi. Aku tahu nama mereka saat Bu Gayan memanggil mereka. Dina hanya pernah memandangku sekilas dan Santi bahkan tidak pernah berbicara. Kami tidak pernah berkenalan.

Saat tengah malam mataku masih juga tak bisa terpejam. Aku keluar dari kamar, mungkin membaca buku akan membuatku mengantuk. Aku sempat menarik halaman kertas gambar yang kutemukan di ruang baca dan menyembunyikannya di dalam bajuku. Koridor panti sangat sepi, aku berjalan hati-hati. Saat hendak masuk ke ruang baca aku sempat melihat bayangan seseorang di ujung koridor. Hei, bukankah dia Kukuh? Tanpa pikir panjang aku segera berlari mengejarnya. Kukuh keluar menuju halaman. Rembulan yang berwarna keperakan menjadi penerang jalan. Aku terus mengikuti Kukuh yang masih membawa peralatan gambarnya. Sepertinya dia takkan melepas barang-barangnya dengan sembarangan. Tiba-tiba dia berhenti di depan pohon sawo lalu mengacungkan tangannya ke udara. Tangannya meraba-raba, seakan ada sesuatu berdiri di depannya.

“Kukuh,” bisikku.

Kukuh menoleh. Sebelum dia berlari aku segera memegang tangannya.

“Aku hanya ingin dengar penjelasanmu. Bagaimana kamu tahu namaku?”

“Aku dengar Bu Gayan memanggilmu Joya.”

“Oh ya? Lalu kenapa kamu menggambar wajahku bahkan sebelum aku datang di panti ini?”

“Aku tak mengerti maksudmu,” katanya ketus. Dia berusaha mengibaskan tangannya namun aku semakin mencengkeramnya.

“Lihat gambar ini. Aku menemukannya di ruang baca. Kamu menggambar wajahku di depan lukisan rumah itu dan kamu menulis tanggal pembuatannya. Itu sebulan sebelum aku datang. Bagaimana kamu bisa tahu?”

Aku mengeluarkan kertas gambar dari bajuku dengan sebelah tangan.

“Aku salah menulis tanggal,” jawab Kukuh.

“Jangan bohong,” tegasku.

Kukuh berusaha merampas kertas gambar itu dariku namun tanganku terangkat. Buku gambar yang dipegang Kukuh justru malah jatuh. Kertas-kertas berhamburan. Rembulan sangat terang malam ini sehingga aku bisa melihat jelas gambar-gambar itu. Berbagai gambar wajah anak kecil dengan latar lukisan rumah seribu jendela terlukis di kertas-kertas itu. Aku baru sadar jika mereka anak-anak penghuni panti. Lalu ada tulisan-tulisan nama yang ditulis dengan spidol merah, sama seperti gambar yang dilukis Kukuh tadi dengan tulisan namaku.

“Apa maksud semua ini? Apa nama-nama itu nama anak-anak di panti ini?”

Kukuh tak menjawab. Dia masih sibuk mengumpulkan kertas-kertas gambarnya.

“Kukuh, kenapa sih kamu nggak jelasin sama aku?”

Kukuh menghela napas panjang.

“Menurutmu panti ini aneh nggak?” Kukuh balik bertanya.

“Ya, panti ini mengerikan. Semua anak-anak seperti zombie. Mereka tidak pernah tertawa. Mereka bahkan tak saling bicara.”

“Kamu heran nggak kenapa anak laki-laki dan perempuan dijadikan satu di panti iini? Lalu kenapa kita tidak pernah diajak keluar dari panti? Sejak aku datang aku tidak pernah berjalan melebihi pohon sawo ini. Kamu tahu kenapa? Coba jalan lurus ke sana.”

Aku tertegun. Baru sekarang aku mendengar seseorang bicara dengan kalimat yang panjang seperti itu. Kukuh menunjuk pada satu arah dan aku berjalan menuruti perintahnya. Sebelum melampaui pohon sawo aku terpental ke belakang. Aku seperti menabrak sesuatu yang keras tapi tidak kelihatan.

“Oh apa ini?”

“Sebuah tembok yang kasat mata.”

“Tidak mungkin!” pekikku.

“Jangan keras-keras,” desis Kukuh.

“Maksudmu panti ini sama dengan penjara?”

“Mungkin,” jawab Kukuh sambil memungut kertas terakhir.

“Berapa lama kamu ada di sini?”

“Ehm sekitar setahun.”

“Kenapa kamu dibawa kemari?” cecarku

“Aku tidak tahu. Mereka bilang ada yang salah dengan jantungku. Kata mereka aku akan membaik jika tinggal di sini.”

“Dan bagaimana hasilnya?”

“Yah, terus terang saja aku merasa sangat sehat. Dulu jika jantungku melemah kuku-kukuku akan membiru dan aku mulai sesak napas. Sejak aku datang ke sini aku tidak pernah merasa sakit. Seakan-akan jantungku…”

“Jantungmu tidak ada di dalam tubuhmu dan kamu tidak memerlukan detak jantung untuk hidup.”

Kukuh memandangku dengan terbelalak,”Bagaimana kamu bisa tahu?”

“Karena aku juga merasakannya. Sejak aku berada di sini aku merasakan kelegaan sepertinya tidak ada paru-paru di dalam dadaku. Aku seperti tak butuh bernapas.”

Kukuh tiba-tiba tertunduk,”Ah, kamu hanya sebentar merasakannya karena sebentar lagi kamu akan hilang.”

“Hilang?”

Tiba-tiba kelebatan cahaya terlihat di kejauhan. Seseorang berada di kejauhan dengan penerang di tangannya. Kukuh juga menyadarinya. Kami hanya saling pandang dengan ketakutan.

Apa yang terjadi kemudian?

  1. Joya dan Kukuh dipergoki Bu Gayan dan kena hukuman dikunci di ruang baca semalaman
  2. Mereka melihat bayang hitam mengerikan bergerak halus tanpa melangkah, mencari-cari mereka
  3. Saat mereka kabur tanpa sengaja mereka menemukan sebuah celah tembok kasat mata yang memungkinkan mereka bisa keluar
  4. Joya dan Kukuh berhasil lolos dan Kukuh menyuruh Joya menemuinya esok hari di ruang baca

Simak ketentuan giveawaynya:

  1. Follow blog ini (bisa via email)
  2. Follow Twitter @RuwiMeita25, @Bukune, @adedelinaputri.
  3. Share giveaway ini dengan mention ketiga akun tersebut dan gunakan hashtag #DaysOfTerror (Begitu juga jika share di sosial media lainnya)
  4. Tinggalkan komentar di Resensi Days Of Terror.
  5. Jawab dengan menyebutkan pilihan 1, 2, 3 atau 4 sertakan nama, email dan akun twitter.

Giveaway ini berlangsung mulai 3 – 8 Juni 2015 aja ya guys 🙂 Pemenang akan diumumkan 9 Juni 2015 di blog ini dan Twitter, so stay tune ya 😉

28 thoughts on “Blogtour & Giveaway #DaysOfTerror

  1. Nama : Arfina
    Email : arfina.tiara123@gmail.com
    Twitter : @Ipinkaramel

    Menurut aku yang 1, pake alasan ngga mbak? kalau pake, alasanku ini, karena di paragraf terakhir diberitau bahwa seseorang dengan penerang di tangannya juga mereka ketakutan dan saling tatap, tebakanku sih Bu Gayan, dan bu Gayan menghukum mereka karena keluar jam malam dan tau tentang tembok tak kasat mata. Makanya bu Gayan menghukum Joya dan Kukuh.

  2. Nama : Fidia
    Email : fidiaannisapuspitasari@gmail.com
    Twitter : @fidiaap

    Lebih seru nomor 2. Soalnya saya bakalan dibuat bertanya-tanya dan makin bingung dengan adanya sosok misterius itu krn sosok seperti itu kaya bukan manusia, pasti disitu kaya ada timbul efek frustasi yg bertanya “ini sebenernya tempat apa? Kenapa ada makhluk kyk gt?” Malah jd fakta baru yg mancing utk nebak nebak.

    Kalau yang lain, nomor 1, pas saya merasa suasana tegang (karena fakta-fakta yg mengerikan yg baru disadari Joya) malah merasa sia-sia kalau mereka berakhir dikunci di ruang baca. Padahal akan seru kalau ketegangannya agak diperpanjang. Nomor 3 juga, kesannya mereka dipermudah dan beruntung sekali, bagusnya kalau pembaca dibuat cemas dgn mikir “harus gmn nih dia? Aduh terus gmn?” Nomor 4 hampir serupa dengan nomor 3.

  3. Nama: Bintang P A
    Email: bintangpermata45@gmail.com
    Twitter: @Bintang_Ach

    Saya lebih tertarik untuk memilih nomor 2: Mereka melihat bayang hitam mengerikan bergerak halus tanpa melangkah, mencari-cari mereka.

    Kenapa?
    Karena, saya tahu cerbung yang dibuat oleh mbak Ruwi Meita ini bassicnya horror. Dan, pada jawaban nomor 2, menurut saya disitu terkandung unsur misteri yang sangat cocok untuk mendukung suasana dlm cerita. Dimana disebutkan ada bayang hitam mengerikan. Dan itu, sangat pas juga sangat mendukung sekali untuk menggambarkan kemisteriusan cerita di atas. Selain itu, menurut saya di jawaban nomor dua, apabila ceritanya diperjelas atau diperpanjang lagi akan memberikan suatu kejutan yang tak terduga dlm cerita tsb. Juga, di jawaban nomor dua kita akan dibuat penasaran, kira kira siapa ya bayangan hitam yang muncul itu? Dan, itu akan membuat pembaca menjadi lebih tertarik untuk membacanya. Itu menurut saya. Terima kasih ^^

  4. Nama : Ratnani Latifah
    E-mail: kazuhanael_ratna@yahoo.co.id
    Twitter : @ratnaShinju2chi

    Jawab : 1. Joya dan Kukuh dipergoki Bu Gayan dan kena hukuman dikunci di ruang baca semalaman.

    Alasan Kenapa Joya dan Kukuh harus dihukum Bu Gayan setelah ketahuan menunjukkan bahwa ada misteri kenapa mereka tidak boleh pergi jauh dari panti. Ada yang dirahasiakan hingga Bu Gayan takut ketahuan. Menghukum sementara pada anak-anak itu wajar karena setelah itu mereka akan takut dan sadar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Bukankah anak-anak takut gertakan? Namun kita tidak tahu mungkin Joya dan Kukuh itu berbeda. dan Bu Gayan harus bersiap-siap. Lagi pula di penggalan akhir kayak menunjukka seseorang bukan hantu karena ada penerangan di tangan.

  5. Nama : Irmawati
    twitter : @irmaa_waati

    Aku pilih kelanjutannya di jawaban nomor :
    2. Mereka melihat bayang hitam mengerikan bergerak halus tanpa melangkah, mencari-cari mereka

    Karena menurutku nomor 2 ini yg paling tepat untuk melanjutkan cerita sebelumnya. Pilihan ini pun akan membuat cerita semakin keluar sense horor-nya. Ceritanya akan semakin seru, menarik, penasaran dan menegangkan. 😀

  6. Nama: ARIESKA ARIEF
    Email: aaanimanga@gmail.com
    akun twitter: @MiyungArief

    kelanjutan cerbung part 3 favoritku yaitu: nomor 1
    analisis jawaban: karena kupikir ceritanya sudah memasuki tahap klimaks dan saatnya misteri dibongkar secara perlahan yaitu di setting tempat di mana misteri itu berawal yaitu di ruang baca. Kenapa anak itu menggambarnya di sana, dan bukan di tempat lain? Sepertinya tempat itulah inti dari misteri yang ada dan sepertinya jawabannya ada di sana. Pastinya akan lebih seru kalau mereka dikurung di sana dan mereka akan menemukan misteri yang tak terduga di dalamnya. Pasti akan membuat bertanya-tanya apakah mereka berpikiran untuk melarikan diri dari sana dan bagaimana caranya? Apakah cara jalan keluarnya ada di tempat itu?
    Kalau nomor 2, terlalu klise untuk kisah horror yang mengandalkan diferensiasi, karena sejak part awal saja cerpennya tak klise, maksudnya ga asal nongol setannya karena horror tak selalu berhubungan dengan sosok-sosok mengerikan yang klise. Unsur teka-teki pastinya merupakan nilai menonjol tuk dilanjutkan
    Nomor 3, kayak sudah mencapai ending. Tak ada konflik thrillernya. Jadi kayak ada yang missing. Padahal pembaca mau tahu misteri apa di panti itu, eh mereka malah buru-buru keluar.
    Nomor 4, tak ada gregetnya padahal dah fase klimaks. Tampak datar-datar saja. Tak seru

  7. Nama: Aya Murning
    Twitter: @murniaya
    Email: ayamurning@gmail.com

    Jawaban: nomor 4
    Alasan: belum terasa ada tanda-tanda mistis yang begitu menggelegar dari cerita yang sudah dipaparkan sehingga aku pilih nomor 4 saja. Meski malam itu sedang terang bulan, tetapi ada seseorang yang menggunakan senter itu tandanya ia tidak bisa melihat dengan jelas ada apa di kejauhan. Entah siapa itu, tapi menurutku lebih baik kalau Joya dan Kukuh berhasil lolos dari pantauan orang itu dan kembali melanjutkan percakapan mereka di ruang baca esok harinya untuk mengungkapkan misteri tentang isi panti dan tembok tak kasat mata. Jangan dibuat mereka dikurung, nanti di cerita selanjutnya mereka nggak bisa kabur dari sana. Kurasa pilihan ini bisa membuat plot di mana Joya dan Kukuh akan bersama-sama menyatukan puzzle misteri panti satu persatu selama mereka masih jadi penghuni panti, hingga akhirnya bisa menemukan jalan untuk lolos dari si tembok bening. Itu sih pendapatku. 🙂

  8. Nama: Ananda Nur Fitriani
    Email: Anandanftrn@gmail.com
    Twitter: @anandanf07

    Pilihan jawabanku No. 2:
    Mereka melihat bayang hitam mengerikan bergerak halus tanpa melangkah, mencari-cari mereka

    Karena menurutku jawaban No. 2 yang paling potensial untuk memperluas alur cerita. Kita tidak tahu siapa bayangan hitam itu, untuk apa dia mencari Joya dan Kukuh, dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Jawaban No. 2 masih penuh misteri, dan itu akan semakin seru karena ini baru permulaan. Supaya lebih menghayati kesan horror nya gitu mbak ^^

  9. Nama: Wulida
    Email: wulida.nadhila@yahoo.com
    akun twitter: @Jm_nim

    Pilihan jawaban No. 2:
    Mereka melihat bayang hitam mengerikan bergerak halus tanpa melangkah, mencari-cari mereka. Menurutku no 2 lebih tepat untuk melanjutkan cerita, suasana seram dan horornya kan lebih terasa dari jawaban yang lain. Kita akan bertanya-tanya siapakah bayangan hitam itu, untuk apa dia mencari Joya dan Kukuh, dan apa yang akan terjadi selanjutnya

  10. Jiah @jiahjava jiahaljafara32@gmail.com

    saya suka no 3. Saat mereka kabur tanpa sengaja mereka menemukan sebuah celah tembok kasat mata yang memungkinkan mereka bisa keluar

    memungkinkan, nyatanya mereka msh dikejar org atau entah apa itu. Intinya gak semudah itu mereka keluar dr panti.

  11. Nama : Kiki Oktaviani

    Email : key.oktaviani@gmail.com

    Akun Twitter : @kikisardi

    Pilihan jawaban no.2 (Mereka melihat bayang hitam mengerikan bergerak halus tanpa melangkah, mencari-cari mereka)

    Alasanya karena menurut saya pilihan pada no.2 lebih tepat dari 3 pilihan yang ada. Bayang hitam yang dimunculkan akan menambah teka teki dalam mencari jawaban yang mereka sama sama pertanyakan. Kenapa penyakit mereka sembuh ketika disana? Kenapa bayang hitam itu mencari mereka? Apakah bayang hitam itu guru mereka atau makhluk lain yang ingin memberi clue untuk rasa penasaran mereka?
    Pengen baca kelanjutannya di blog selanjutnya 😀

  12. Nama: Alika Cynthia Clarissa
    E-mail: alikacynthia@gmail.com
    Akun Twitter: @alikacynthia

    Saya pilih nomor 2. Kan terkesan seru tuh? Jadi ceritanya ngalir 😀 Kalau pilihan satu sih, menurut saya biasa aja. Dihukum, dikurung, yah, itu selalu terjadi pada orang jahat yang kepergok kan? Itu sering terjadi di cerita. Kalau nomor tiga nanti cerpennya langsung selesai donk? Kan mereka sudah keluar? Konfliknya nanti kurang, masa tahu-tahu ada lubang untuk keluar? Itu alurnya kecepetan 😀

    Sedangkan ke empat sih jangan ditanya, itu sama sekali kurang nyambung menurut saya. Bisa dipastikan Kukuh mau merencanakan hal baru, sesuatu yang bersangkutan dengan keluar dari panti atau mungkin hal lain dan pastinya kurang pas kalau digunakan untuk cerpen selanjutnya.

    Terimakasih 😀

  13. Nama : Agatha Vonilia Marcellina
    E-mail : agathavonilia@gmail.com
    Akun twitter : @Agatha_AVM

    Saya pilih nomor 2. Menurutku, kalimat no. 2 lebih cocok dan tepat untuk kelanjutan cerita berikutnya. Alur ceritanya jelas untuk kelanjutannya. Genre horror harus misterius kan dan menyeramkan? Kak Ruwi Meita terlihat menggabungkan horror dan thriller juga dalam cerita ini. Jadi, setting menegangkan, misterius dan perlu ketelitian dalam mendalami plot dan alur cerita serta karakteristik tokoh yang menunjang cerita keseluruhan pasti lebih ceritanya lebih seru!

    Kalimat ke 2 ada poin plus tersendiri. Setting jelas tergambar di sana dan pembaca akan dibuat penasaran apa sih yang akan terjadi selanjutnya. Untuk Kak Ruwi Meita tetap semangat!

  14. Rini Cipta Rahayu
    rinspiration95@gmail.com
    @rinicipta

    Sebenarnya opsi 2 seru, tapi kayaknya lebih nyambung kalau opsi 1 yang dijadikan lanjutannya
    “Joya dan Kukuh dipergoki Bu Gayan dan kena hukuman dikunci di ruang baca semalaman”
    karena paragraf terakhirnya :
    Tiba-tiba kelebatan cahaya terlihat di kejauhan. Seseorang berada di kejauhan dengan penerang di tangannya. Kukuh juga menyadarinya. Kami hanya saling pandang dengan ketakutan.

    Seseorang berada di kejauhan dengan penerangan di tangannya. Besar kemungkinan itu adalah Bu Gayan yang mungkin sedang patroli untuk memastikan sesluruh anak panti asuhan telah tidur. Tapi, karena Kukuh dan Joya berada di halaman saat malam -bukannya tertidur seperti anak lainnya- maka mereka berdua diberikan hukuman.

    Yuk kak dilanjutkan, gak sabar 😀

  15. Nama: Ani Purditasari
    Email: AnnyTears.AT@gmail.com
    Twitter: @Anny_Tears

    Aku pilih no 1.
    -Joya dan Kukuh dipergoki Bu Gayan dan kena hukuman dikunci di ruang baca semalaman.

    Alasannya karena sebelumnya ada kata-kata ” Tiba-tiba kelebatan cahaya
    terlihat di kejauhan. Seseorang
    berada di kejauhan dengan
    penerang di tangannya. Kukuh juga menyadarinya. Kami hanya saling pandang dengan ketakutan.” berarti yang mergokin mereka tuh manusia (kemungkinan besar adalah Bu Gayan yang sadar kalau Joya dan Kukuh tidak berada di asrama). Kan biasanya kalau tinggal di asrama, malam-malam ibu asramanya keliling nge-cek siapa yang belum tidur, nah pas Bu Gayan nge-cek kamar Joya dan Kukuh mereka nggak ada di kamar, Bu Gayan berkeliling deh cari mereka. Bu Gayang menggunakan penerangan (bisa jadi senter) karena dia tidak hanya mencari Joya dan Kukuh di luar asrama yang sedang terang bulan, tapi juga mencari di tempat-tempat gelap yang kemungkinan menjadi tempat Joya dan Kukuh bersembunyi.

    Menurutku pilihan no 1 ini juga akan semakin seru kalau Joya dan Kukuh dihukum Bu Gayan di ruang baca dan mereka menemukan kembali fakta aneh seputar asrama mereka disana.
    Atau bisa jadi ternyata Kukuh yang berbahaya (ini ide gilaku).

  16. Nama: Rizza Umami
    E-mail: rizza_umami@ymail.com
    Akun Twitter: @Rezoum

    Saya pilih nomor 4.
    Buat saya nomor satu terlalu mainstream sebagai alur cerita, dan terasa klise. Sementara nomor 2, menurut saya terlalu cepat. Selain itu di nomor 2 ini, ada rasa-rasa sinetron. Nomor 3 terlalu terburu-buru menghadirkan keanehan-keanehan. Akan lebih seru jika pembaca diajak bertualang perlahan, dengan dihadapkan pada konflik-konflik remeh yang membuat emosi terkumpul. Karena itu, nomor 4 pasti sangat cocok. Pembaca akan penasaran, rahasia apa yang akan diceritakan oleh Kukuh pada Joya.

  17. Nama : Eka Fitri
    Akun twitter : @Heart0fHuman
    E-mail : heart0fhum4n@gmail.com
    Jawaban : 4. Joya dan Kukuh berhasil lolos dan Kukuh menyuruh Joya menemuinya esok hari di ruang baca. << petualang mereka belum berakhir! so, saya pilih nomor 4. krn, seolah2 saat di sambungan cerita selanjutnya, mereka bakal nge-buat sebuah rencana "Bagaimana cara menembbus dinding tak kasat mata" itu.

  18. Nama: Evelyn N
    Email: evelynn.lyn91@gmail.com
    akun twitter: @evenova_/@lynev13

    Jawaban nomor 1. Joya dan Kukuh dipergoki Bu Gayan dan kena hukuman dikunci di ruang baca
    semalaman.

    karena jawaban ini sangat tepat dengan kalimat di paragraf terakhir. Disitu mereka melihat seseorang dengan penerang ditangannya, jadi sudah pasti itu manusia.

  19. nama: rizqa nurul hidayanti
    twitter: @nurul_rizqa
    email: rizqanurulhidayanti@yahoo.co.id
    Jawaban no 1
    Karena jawaban ini yang paling masuk akal dan sesuai dengan cerita sebelumnya. Sebelumnya ada kalimat “Tiba-tiba kelebatan cahaya terlihat di kejauhan. Seseorang berada di kejauhan dengan penerang di tangannya. Kukuh juga menyadarinya. Kami hanya saling pandang dengan ketakutan.”
    Jadi aku memikirkan pastilah seseorang yang datang ^^. Walau mungkin tidak menakutkan kalo yang datang orang tapi dampaknya lebih terasa bila manusia yang muncul

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.