Cahaya di Penjuru Hati: Ujian Hidup dan Kesetiaan

Cahaya di Penjuru Hati.delinabooks

Judul: Cahaya di Penjuru Hati
Penulis: Alberthiene Endah
Penerbit: Andi
Jumlah Halaman: x + 438 hlm.
ISBN: 978-979-29-6602-2

Hidup harus kau hadapi dengan keberanian. Syarat untuk menjadi berani adalah kebenaran. Bila kau benar, dunia akan takluk pada keberanianmu. Tapi jangan coba-coba mempertahankan keberanianmu jika kau jelas kalah.

Tidak ada ujian hidup yang tidak memberikan hikmah. Mungkin itu ungkapan yang pas untuk seorang laki-laki yang berasal dari keluarga sederhana di Sidoarjo, yang bernama Wim. Sejak kecil Wim sudah terbiasa hidup sulit. Yang mengajarkannya menjadi laki-laki mandiri, dan rajin membantu orang tuanya.

Saat kuliah, Wim merantau ke Yogya. Di sanalah ia menemukan ’emasnya’. Hasil perjuangannya, ia bisa mendirikan sebuah percetakan besar yang memiliki banyak anak buah.

Di kota Istimewa itu pula ia bertemu belahan hatinya. Lili. Seorang perempuan yang manis perilakunya hingga bisa memikat hati Wim. Mereka pun menikah. Dan dikaruniai empat anak.

Tapi lagi-lagi hidup adalah ujian. Lili harus menanggung sakit berat. Maka laki-laki mana yang tak jadi lemah tatkala belahan jiwanya harus meregang nyawa karena penyakit yang dideritanya?

Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Kadang dalam hidup, muncul entakan untuk mengingatkan bahwa kita adalah manusia yang lemah. (hlm. 360)

-x-

Sungguh novel yang menyentuh hati. Kisah nyata yang dibalut dengan apik oleh Alberthiene Endah. Bahasanya yang halus, dan diksi-diksinya yang indah. Tidak menyesal rasanya memiliki novel ini. Maka benarlah apa kata kebanyakan pembaca buku-bukunya, bahwa Alberthiene selalu bisa mengupas kisah seseorang menjadi tulisan yang sangat apik.

Alur maju mundur pun tidak terasa mengganggu. Justru kita bisa menikmati setiap langkah kehidupan Win yang diceritakannya mulai dari awal.

Kau tahu, ketika hidup telah membawamu pada pergulatan hidup selama puluhan tahun, kau akan merindukan keluarga, seperti kebutuhanmu pada udara. Mereka pelabuhanmu. Untuk mereka, kau ingin hidup. Dan kepada mereka, kau menyerahkan hari tua. (hlm. 292)

Saya sendiri banyak belajar dari kisah Wim dan pernikahannya dengan Lili. Tentang perjuangan Wim yang berat dan dimulai dari nol. Tentang ujian-ujian hidup yang menimpanya. Dan bagaimana caranya ia tetap setia di saat istrinya harus menanggung penyakit yang sangat berat dan membuatnya berusaha untuk tetap kokoh.

Satu yang paling saya ingat, Wim dan keluarganya tidak pernah lepas dari Tuhan. Ya, memang benar, seberat apapun ujian hidup, selama kita tidak lepas dari Tuhan, kita akan terus mendapat kekuatan. Karena disitulah Tuhan akan mengajarkan kita sebuah hikmah. Selama kita bersabar, maka proses tidak akan mengkhianati hasilnya.

Lalu, akankah kita setia dan tetap berpegangan tangan pada pasangan ketika ujian-ujian hidup mulai menerpa? Jawabannya ada di hati kita masing-masing 😊

Kita mungkin lebih tertarik berdekatan dengan orang-orang yang ada di sekeliling kita setelah kita berhasil. Tapi jangan lupa, keluarga, saudara-saudara kandung kita adalah orang-orang yang bersama kita sejak lahir. Kita melewati tahun-tahun awal kehidupan bersama mereka, berkembang dan tumbuh bersama mereka sebelum kehidupan masa dewasa menerbangkan kita ke arah yang berbeda-beda. Jangan lupakan keluarga. (hlm. 344)

Most recommended novel!

Thank you for not comment out of topic

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.