Semusim dan Semusim Lagi: Novel Bertema Surealis

img_20161115_104609

Judul: Semusim dan Semusim Lagi
Penulis: Andina Dwifatma
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 232 hlm. 
ISBN: 978-979-22-9510-8

Semua anak ada ibu dan bapaknya,kecuali impian
Semua pasangan ada jantan dan betinanya, kecuali kenyataan
(Darmanto Jatman, “Dengan Apa Petualangan Tepat Ditimbang?” dalam kumpulan puisi Bangsat!, 1975

Novel paling unik yang saya baca! Selain karena tokoh utamanya tidak menyebutkan nama sama sekali – dan hanya menyebut dengan kata ‘Aku’ sampai akhir, tetapi sepertinya baru ini saya baca novel yang katanya bertema surealis. Dan ya, walaupun nyaris terbilang membosankan, tapi berkat kesabaran saya *halah* akhirnya saya menemukan sesuatu yang sulit membuat saya berpaling dari membacanya *uhuk.

Surealisme adalah suatu aliran seni yang menunjukkan kebebasan kreativitas sampai melampaui batas logika. Surealisme juga dapat didefinisikan sebagai gerakan budaya yang mempunyai unsur kejutan sebagai ungkapan gerakan filosofis. – http://syidiksulis2.blogspot.co.id/2014/02/aliran-seni-realisme.html

Aku adalah seorang gadis berumur 17 dan baru lulus dari SMA. Dia tinggal bersama ibunya dan mereka jarang sekali bicara layaknya ibu dan anak lainnya.

Sampai suatu ketika, datang surat dari seseorang yang mengaku ayahnya. Ia pun diajak untuk menemui ayahnya di Kota S. Bersama JJ. Henry, pegawai ayahnya ia dibawa menuju sebuah rumah di kota tersebut. Ia tidak langsung bertemu sang ayah, sebab sang ayah sedang mengidap penyakit berat – yang juga tidak disebutkan apa penyakitnya.

Di rumah tersebutlah Aku mengalami banyak kejadian. Selain pertemuannya dengan JJ. Henry, ia juga bertemu dengan Muara – anak dari JJ Henry, Oma Jaya, juga Sobron – si ikan mas koki. Siapalah ikan mas koki itu? Di sinilah letak uniknya. Silakan baca sendiri hehe 😛

-x-

Apa yang membuat saya bilang unik, sebenarnya banyak sekali. Tidak hanya tidak disebutkan nama tokoh utama dan tema surealisnya, melainkan gaya tulisan penulis pun tergolong unik. Barangkali, bagi yang tidak terbiasa akan risih dibuatnya. Seperti penggunaan kata ‘dan’ yang berulang-ulang dan banyak.

Kompor kecil, penggorengan berbagai ukuran, rak berisi bahan makanan, kulkas ukuran sedang, dan minyak goreng dan mentega dan garam dan lada. (hlm. 53) Sorry yang saya temukan justru kalimat seperti ini -_- Intinya kalimat dengan kata ‘dan’ banyak yang serupa cukup banyak dalam buku ini.

Pengetahuan penulis tentang buku dan musik pun sepertinya banyak sekali. Terbukti dari beberapa judul buku dan musik-musik yang disebutkan lewat buku-buku bacaan sang tokoh utama dan dialog-dialog tokoh utama dengan tokoh lainnya. Banyak juga twist-twist tak terduga yang membuat cerita di dalamnya cukup seru. Maka dengan kelebihan itu semua pantas saja jika novel ini dinobatkan sebagai Pemenang Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012.

Beberapa kutipan bagus juga banyak dalam buku ini, salah tiganya:

Kita tidak pernah benar-benar kehilangan sesuatu yang tidak pernah dimiliki, kecuali kalau kita membandingkan situasi dengan orang lain dan jadi merana sendiri karenanya. (hlm. 20)

Amatlah mudah berpisah dengan sesuatu yang kautahu akan kembali lagi keesokan harinya. Tetapi di dunia nyata, setiap hal yang kau lepaskan akan pergi darimu tanpa pernah kembali lagi. (hlm. 62)

“… ketika mendengar sebuah pesan, simaklah isi pesannya, bukan siapa yang menyampaikan. Itu akan membantu kita lebih objektif. Seperti membersihkan kacamata dari debu yang tidak perlu.” (hlm. 99)

So, tiga bintang untuk buku ini. Untuk ceritanya yang tidak terduga, alurnya yang lambat tapi asyik diikuti dan untuk pertama kalinya saya baca tema surealis seperti ini hehe.

Thank you for not comment out of topic

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.