A Cat in My Eyes: Hidup dengan Bertanya

a cat in my eyes delinabook

Judul: A Cat in My Eyes
Penulis: Fahd Djibran (Fahd Pahdepie)
Penerbit: Gagas Media
Cetakan Kedua: 2013
Jumlah Halaman: xii+190 hlm. 
ISBN: 979-780-622-7

Sebab, seperti kata Socrates, “Hidup yang tidak pernah dipertanyakan, sesungguhnya adalah hidup yang tak pernah layak untuk diteruskan.” (hlm. xi)

Diawali dengan cerita Tubuh. Seorang laki-laki bertanya pada wanitanya, “apa definisi cantik?” Apa cantik seperti yang dikatakan selama ini? Langsing, berambut lurus tak berketombe, bertubuh mulus, gigi putih, kulit putih, dan hal-hal tak adil lain yang melulu tentang fisik. (hlm. 5) Atau seperti yang tertera pada Kamus Bahasa Indonesia, a 1 elok; molek; tentang wajah; 2 indah dibentuk dan buatannya: (hlm. 6) Barangkali ya tapi mungkin juga tidak. Tergantung persepsi.

Setiap perempuan memiliki kecantikannya sendiri. Artinya, setiap perempuan itu cantik. Hanya saja mereka tidak menyadarinya. Mereka tertipu. Mereka terjebak pada persepsi dan kesadaran yang keliru. (hlm. 17)

Cerita tadi adalah salah satu pertanyaan dari banyak pertanyaan lainnya yang terdapat dalam buku ini. Ya, seperti tagline buku ini, Karena Bertanya Tak Membuatmu Berdosa. Penulis sendiri tidak menggolongkan masuk dalam kategori apa tulisan semacam ini. Yang bisa dipastikan, seluruh cerita masih dalam satu tema dan gaya.

Pertanyaan-pertanyaan di dalamnya, mungkin juga menjadi pertanyaan yang banyak diajukan. Tentang Tuhan misalnya. Mengapa ia memberi waktu spesial kehadirannya hanya pada sepertiga malam? Jika, Tuhan selalu berkata bahwa ia selalu ada untuk umat-Nya kapan saja. Atau dalam tulisan berjudul Skizofrenia, mengapa seringkali manusia mengalami kontradiksi dalam hidupnya?

Seorang skizofrenik adalah dia yang tak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan. Khayalan ia anggap kenyataan, kenyataan ia anggap sebagai khayalan. Kasusnya sama ketika seseorang menganggap kejahatan sebagai sebuah kebaikan yang agung, sementara kebaikan dituduh sebagai kejahatan yang keji. (hlm. 121)

Pada akhirnya, buku ini seperti mengajak pembacanya untuk merenung tentang segala aspek kehidupan. Dengan cara yang berbeda, Fahd meramunya dengan apik. Rangkaian kata-kata yang dibalut dengan gaya sastra, namun tak membuat pembacanya kebingungan. Tentu saja, jika pembaca mau lebih peka untuk memahami setiap kalimatnya.

Kalau ada kekurangan, satu-satunya menurut saya adalah masalah editing. Masih terdapat beberapa kesalahan penulisan atau tanda baca. Tapi sepertinya buku yang saya punya adalah cetakan lama, sebab melihat di Goodreads, sampulnya sudah berbeda.

Kutipan-kutipan yang saya suka:

“Zodiak tak akan membawamu ke mana-mana, zodiak tak menentukan kehidupan siapa pun. Zodiak tak memberimu apa-apa. Kitalah yang menentukan hidup kita sendiri.” (hlm. 41)

Tuhan merancang kehidupan ini sebagai sebuah proses. Kita terlahir untuk kelak mati. Muda beranjak tua. Bertumbuh yang selalu berujung pada sebuah titik saat segala sesuatu akan berhenti. (hlm. 52)

Keabadian tidak terletak pada keutuhan yang diam dan sepi. Keabadian justru terletak pada pergerakan dan perubahan. (hlm. 68)

Pemaafan memang tidak mengubah masa lalu, tetapi ia melapangkan masa depan. (hlm. 169)

Setiap kali melakukan kebaikan, memberi manfaat pada sesama, sesungguhnya kita sedang menanam saham untuk kebaikan lain, yang lebih besar, yang akan menghampiri kita pada masa depan yang tak terlalu lama dari sekarang. (hlm. 171)

untuk beranjak ke ‘wilayah’ yang lebih tinggi, kita mesti (akan) mengalami keraguan terlebih dahulu. Namun, keraguan bukan tempat berpijak yang baik: ia hanya harus dialami untuk kemudian dilewati. (hlm. 175)

sederhana saja: hidup dan hidup-hidupilah hidup kita sebagaimana mestinya, dengan penuh kebijaksanaan dan tanggung jawab. Tak perlu terlalu risau dengan suara-suara bising yang memang sudah terlanjur bising sepanjang sejarah peradaban manusia. (hlm. 181)

Jadi, bukan hanya Dee (Dewi Lestari) yang menyukai rangkaian kata-kata Fahd, saya pun menyukainya!

pada saatnya nanti semua pertanyaan akan menemukan jawabannya sendiri, memunculkan pertanyaan baru yang akan menemukan jawabannya sendiri, dan terus begitu. (hlm. 161)

Thank you for not comment out of topic

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.