Aroma Karsa: Perpaduan Cerita Aroma yang Apik

Aroma Karsa

Judul: Aroma Karsa
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Jumlah Halaman: xiv+710 hlm.
ISBN: 978-602-291-463-1
Cetakan Pertama: Maret 2018

“Aku percaya pada kekuatan indra penciuman atas keputusan kita, atas apa yang kita rasa, atas hidup mati kita.” (hlm. 146)

Ah, sungguh saya bersyukur bisa membaca novel yang lagi hits diperbincangkan banyak orang. Aroma Karsa! Tidak ada keraguan untuk novel ini. Bahkan saya yang biasanya nggak terlalu suka genre fantasi, langsung jatuh cinta sama tulisan Dee. 5 bintang sempurna untuk Aroma Karsa!

Ini pertama kalinya saya baca novel Dee Lestari. Dulu pernah nyaris baca ebook Supernova, tapi sayang mata nggak kuat lama-lama depan layar, alhasil nggak dilanjutkan. Jadi syukurlah saya bisa berkesempatan di Aroma Karsa sekarang.

Sinopsis

Aroma Karsa mengisahkan tentang pencarian bunga sakti yang bernama Puspa Karsa. Konon bunga ini mampu mengendalikan kehendak dan hanya bisa diidentifikasi melalui aroma.

Atas wasiat eyangnya, Janirah Prayagung, Raras Prayagung bertekad mencari Puspa Karsa. Tapi ia tidak sendiri, ia butuh orang yang memiliki penciuman kuat. Ke hidung orang yang tepat, Puspa Karsa akan menampakkan diri. (hlm. 4)

Karena obsesi itulah Raras Prayagung bertemu dengan Jati Wesi. Jati hidup di TPA Bantar Gebang, ia memiliki penciuman luar biasa sampai dijuluki si Hidung Tikus. Pekerjaan meracik parfumlah yang paling ia banggakan dari berbagai pekerjaan Jati lainnya.

“Eyangku selalu bilang, dunia ini sesungguhnya dunia aroma. Penciuman adalah jendela pertama manusia mengenal dunia. Manusia lebih mudah dipengaruhi oleh yang tidak terlihat.” (hlm. 153)

Di situlah Jati bertemu dengan Tanaya Suma, anak Raras yang memiliki kelebihan serupa dengannya. Semakin dalam terlibat, masa lalu Jati perlahan-lahan mulai terkuak.

Tidak membosankan dan membawa khayalan

724 halaman yang tidak membosankan! Ini termasuk rekor bagi saya karena pertama kalilah saya bisa menamatkan buku tebal hanya dalam waktu 4 hari!

Cerita pun berjalan sangat runut dan tidak lompat-lompat. Dimulai dengan perkenalan tokoh-tokoh di bab-bab awal sembari memasukkan sejarah permulaan hingga mengalirlah cerita selanjutnya sampai akhir. Beberapa kali ada flashback, tapi justru itu juga membantu. Ah kalau kata saya pokoknya semua porsinya PAS lah!

“Semua yang berharga dalam hidup ini datang dengan risiko besar.” (hlm. 431)

Namanya juga judul dengan kata Aroma, jelas saja di dalamnya kita seolah dituntun untuk ikut membaui aroma-aroma yang diceritakan. Apalagi kalau masuk bagian tanaman-tanaman dan parfum, jadi mengkhayal sendiri aromanya kok kayak enak gitu 😀

Diksi keren dan kiasan yang indah

Saya bilang, diksi Dee keren! Pemilihan kata dan bahasanya tinggi dan banyak kalimat yang menggunakan kiasan tapi tidak merubah makna. Maka benarlah apa yang dikatakan pembaca-pembaca setia buku Dee Lestari, bahwa itu sudah menjadi ciri khas penulis yang konon bukunya selalu Best Seller ini.

tak ubahnya kumbang yang akhirnya bertekuk lutut di depan ceruk nektar, mengisap dengan segenap jiwa seolah tiada lagi hari esok. (hlm. 440)

Hal ini terbukti dari banyaknya kata-kata yang baru saya tahu (atau saya emang kurang gaul dengan KBBI?). Seperti kata fasad (yang berarti suatu sisi luar (eksterior) sebuah bangunan – Wikipedia) niskala (yang berarti tidak berwujud; tidak berbeda; mujarad; abstrak – KBBI), membalam, beledu, olfaktori, dan masih banyak kata lainnya yang baru saya ketahui.

Sudah mana ada cerita vulgarnya. Tapi eh nggak blak-blakkan. Justru Dee sangat pintar mengemasnya dengan kiasan-kiasan yang indah tapi bisalah kita pahami. Tapi tetap ya kalau saya bilang harus dibaca usia 21 tahun ke atas 🙂

Ia adalah pencinta ulung yang memerah habis segala desah dan erang. Malam demi malam. (409)

Riset yang dalam

Selain itu, di halaman depan sudah tertulis ucapan terima kasih dalam proses riset Aroma Karsa. Lagi-lagi ini membuktikan bahwa novel ini memang tidak bisa dibilang main-main. Untuk urusan TPA Bantar Gebang, laboratorium, sampai urusan pembalap Dee benar-benar riset ke orang-orang yang memiki keahlian di bidangnya. Bahkan mungkin untuk kehidupan keraton dan bahasa-bahasa Jawa Kuno, nama bahan-bahan kimia pembuat parfum, nama-nama tanaman, nama-nama latin tanaman yang ada di dalam novel mungkin juga diriset dahulu.

Selain kata-kata baru yang baru saya ketahui, saya juga baru tahu bahwa organ pertama kita yang terbentuk sejak dalam janin adalah indra penciuman. Jadi membayangkan, gimana seandainya bisa seperti Jati. Apapun aroma di sekitarnya, tercium oleh Jati bahkan dari jarak beberapa meter sudah tercium. Sampai bau mulut bekas makan aja dia tahu haha.

Hidung saya juga sensitif sih. Tapi sensitif sama bau rokok, bau/harum badan orang, aroma masakan tetangga, aroma bakar sampah, bau/harumnya anak sendiri, dan pup anak, aroma hujan, dan lain-lain. Tapi yang jelas sih nggak setajam Jatilah :))

Cerita yang dikemas dengan sangat apik

Makin ke belakang, ceritanya makin menegangkan, tapi seru! Cocok banget dibikin film deh. Tapi kayaknya bakal butuh effort lebih supaya hasilnya keren. Soalnya ceritanya fantasi banget. Jadi kalau efeknya setengah-setengah ya nggak akan dapat gambaran utuh sesuai novelnya hehe.

“Asmara. Tidak bisa dipahami, cuma bisa dirasakan akibatnya.” (hlm. 442)

Masih terdapat kesalahan ketik. Tapi saya lupa di halaman berapa. Mungkin saking asyiknya dengan cerita 😀 Dan nggak mengganggu keseluruhan juga sih 🙂

Saya suka banget sama covernya. Sangat menggambarkan sekali isinya. Dan benar kan, kalau ternyata covernya dibuat sama ilustrator berbakat, yakni Hezky Kurniawan.

Terakhir, saya berterima kasih pada Bentang Pustaka yang sudah memberi saya kesempatan untuk membaca novel Aroma Karsa yang juga menjadi perdana saya membaca novel Dee Lestari. Semoga sukses untuk kita semua. Sukses juga untuk Aroma Karsa yang merupakan perpaduan dari petualangan, misteri, mitologi, epigrafi, keluarga, persahabatan, percintaan yang dikemas menjadi aroma yang sangat apik 🙂

Psst kayaknya saya bakal ketagihan nih baca novel Dee Lestari lainnya.

Kalau kamu, sudah baca Aroma Karsa belum? Pendapatmu gimana nih? 😀

7 thoughts on “Aroma Karsa: Perpaduan Cerita Aroma yang Apik

  1. Saya sudah baca tapi belum review, hehehe. Sejak bab 1 saya langsung suka. langsung baca habis total 3 hari kali 8 jam. Kalau dikumpulin ya 24 jam. Buku ini membawa imajinasi saya ke mana-mana. Sangat menyenangkan dan menambah wawasan 🙂

  2. Novel ini dahsyat banget. Saya belain begadang buat baca, akhirnya 724 halaman selesai dalam semalam. Beberapa hari kemudian terus baca ulang dengan lebih pelan, dan sensasinya tetap sama, kece paraaah!

    Sebagai penggemar karya-karya Dee, kali ini saya sangat puas. Endingnya menyisakan banyak tanya dan imajinasi.

    Sekali banaspati, tetap banaspati…

Leave a reply to ayanapunya Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.